Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Rabu, 01 Maret 2017

Hikmah Tidur di Bulan Puasa




Tahukah Anda jika di bulan puasa tidur menjadi lebih bermanfaat dengan banyak manfaat yang didapatkan dengan hanya tidur. Selain tubuh menjadi segar, juga kita akan mendapatkan amal serta pahala di dalamnya. Beikut manfaat tidur di bulan ramadhan yang harus Anda ketahui, agar tidur kita menjadi lebih tenang dan nyaman.
1. Menghindari Maksiat
Berbuat maksiat tentu akan mengurangi bahkan membatalkan kesempurnaan puasa kita, sehingga sahur kita pada pagi hari menjadi sia-sia. Daripada tetap terjaga namun ada resiko untuk berbuat maksiat, lebih baik kita tidur agar terhindar dari hal-hal yang akan membatalkan puasa.
2. Terhindar Dari Rasa Lapar
Rasa lapar selain datang dari perut juga datang dari akal pikiran kita. Tentunya dengan tidur ditengah puasa dapat membuat perasaan lapar akan hilang sejenak dari pikiran.
3. Sumber Tenaga
Jika pada hari-hari biasa makanan dan minuman menjadi merupakan sumber tenaga, ketika bulan puasa, sumber ini hilang selama 14 jam. Dengan tidur sejenak pada siang hari, setidaknya kita dapat menjaga tenaga yang tersisa pada tubuh agar. Perasaan segar ketika bangun tidur akan membentuk semangat bekerja kembali.
4. Menenangkan Pikiran
Tidur tidak hanya istirahat bagi tubuh namun juga istirahat bagi pikiran kita. Dengan melaksanakan sedikit tidur, pikiran akan lebih tenang, sehingga lebih jernih dalam berfikir meski dalam kondisi berpuasa.
5. Tidur Menjadi Ibadah
Tidur saat puasa akan di jadikan sebagai ibadah oleh Allah SWT jika tidurnya tidak berlebihan. Betapa indahnya Ramadhan penuh berkah ini sampai-sampai tidur saja merupakan salah satu ladang pahala untuk umat Muslim,
Namun perlu diingat, tidur ketika puasa jangan sampai berlebihan dan tentu dengan perasaan ikhlah dan niat beribadah. Tentunya tidur pada bulan puasa ini dilakukan tanpa mengharap pamrih maupun dijadikan alasan untuk bermalas-malasan sepanjang hari ketika berpuasa, jika begitu maka ibadah ini akan sia-sia belaka.

Sumber : http://blog.lazada.co.id/5-hikmahmanfaat-tidur-ketika-puasa/

Read More

Topografi dan Iklim di wilayah Indonesia


Wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar (kira-kira 2/3 nya) terdiri atas perairan laut. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur 12 mil adalah 5 juta Km2, terdiri dari daratan 1,9 juta km2. Ini berarti seluruh laut Indonesia 3,1 juta km2 atau sekitar 62% dari seluruh wilayah Indonesia.
Wilayah Indonesia terdiri atas 13.677 pulau. Pulau yang telah mempunyai nama dan berpenghuni  sekitar 1000 pulau. Panjang pantai 81000 km, merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Dari seluruh wilayah Indonesia, diperkirakan sekitar 97% ditempati oleh 13 pulau besar (Irian Jaya, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Jawa, Madura, Halmahera, Seram, Sumbawa, Flores, Bali dan Lombok). Luas dari 13000 pulau lainnya hanya sekitar 54000km2, dan rata-rata luas tiap pulau 4km2.
Dengan luasnya perairan laut di daerah Indonesia, ditambah lagi karena letaknya diapit oleh dua Samudera menyebabkan Indonesia beriklim maritim atau iklim laut. Ada beberapa kebaikan yang di dapat dari adanya iklim laut yang terjadi di wilayah Indonesia ini, antara lain:
  1. Kelembaban udara cukup tinggi, sering lebih dari 80%. Sebagai akibat dari sifat kepulauan daerah tropis, itulah sebabnya iklim Indonesia sering disebut juga sebagai beriklim tropis basah. Kelembaban yang tinggi merupakan potensi hujan yang membawa berkah bagi bangsa kita.
  2. Adanya pengaruh angin laut selain membawa kelembaban ke daratan, juga menyejukan daratan yang panas dan kering pada siang hari musim kemarau.
  3. Pada malam harinya udara tidak terasa dingin karena pengaruh laut yang hangat.
  4.  
     
Kepulauan Indonesia terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan dengan puncak-puncak yang menjulang. Hal itu menyebabkan variasi iklim, dari segi suhu, curah hujan maupun kelembaban. Umumnya semakin tinggi suatu tempat yang diukur dari permukaan laut, hujan dan kelembaban semakin besar, suhu makin rendah.
Sehingga di kawasan Indonesia terdapat berbagai jenis iklim mulai iklim tropis lembab di daratan rendah, hingga iklim salju abadi di puncak pegunungan Jaya Wijaya Irian, mulai iklim hujan tropis di daerah hadap angin, hingga iklim kering (Savana tropis) di daerah bayangan hujan. Selan adanya angin musim Barat yang membawa hujan dan angin Timur yang menimbulkan kemarau terutama di pulau Jawa. Adanya daratan yang luas menimbulkan juga adanya angin barat dan angin laut.

Keduanya itu terasa di daerah pantai, kira-kira 10km ke arah pedalaman. Karena itu disebut sebagai angin lokal. Angin darat berhembus di siang hari. Pada malam hari, daratan lebih dingin dibanding dengan laut. Hal itu menimbulkan tekanan udara di daratan pada malam hari lebih tinggi daripada di laut. Dengan demikian maka udara akan bergerak dari daratan ke laut. Pada siang hari laut lebih dingin (tekanan udara tinggi), daratan lebih panas (tekanan udara rendah). Terjadilah angin laut yang menyejukkan penduduk di daratan. Angin darat dan angin laut sangat membantu para nelayan tradisional, karena dapat membantu menggerakkan layar mereka.
Karena banyaknya gunung dan pegunungan di kepulauan Indonesia juga adanya angin lokal lainnya, yang disebut angin lembah dan angin ganung. Terjadinya hampir sama dengan angin darat dan angin laut. Pada siang hari puncak gunung lebih dahulu terkena pemanasan sehingga tekanan udara rendah, sementara itu di lemabah yang terisolasi masih dingin (tekanan udara tinggi). Pada malam hari, puncak lebih dahulu dingin karena radiasi panas lebih kuat. Sedangkan di lembah masih hangat. Terjadilah aliran udara dari puncak ke arah lembah. Pada waktu cuaca sangat cerah, udara angin itu sering mencapai suhu sangat rendah yang mencapai titik beku. Angin dingin itu sering merusak tanaman, terutama teh yang banyak ditanam di daerah pegunungan.
Karena banyaknya rangkaian pegunugan di daratan Indonesia, maka ada angi yang melintasi pegunungan-pegunungan tersebut. Angin itu naik ke lereng, kemudian setelah melalui puncak, angin itu turun pada lereng yang lainnya. Angin yang turun tersebut sering merupakan angin fohn yag kering dan panas. Contohnya yaitu angin bohorok di Deli yang sering merusak tanaman tembakau.


Jika angin dari pantai ayang bersuhu 26ºC naik ke lereng pegunungan akan terjadi:
  • Penurunan suhu dan penambahan kelembaban relatif,
  • Karena udara itu lembab, maka setiap naik 100m suhunya turun kurang lebih 0,5ºC,
  • Jika pada waktu di kaki gunung udara itu suhunya 26ºC, maka ketika mencapai puncak yang tingginya 3000m, suhunya turun menjadi 26ºC – 3000 / 100 x 0,5ºC = 11ºC,
  • Ketika angin itu naik lereng, kelembabannya bertambah, terjadi kondensasi membentuk awan yang mencurahkan hujan.
  • Angin yang turun dari puncak dengan suhu 11ºC itu adalah angin kering. Udara kering itu semakin turun suhunya bertambah dan kelembabannya makin berkurang. Setap turun 100m bertambahnya suhu lebih dari 0,5ºC, katakanlah misalnya setiap udara turun 100m suhunya bertambah 0,9ºC.
  • Udara kering yang bersuhu 11ºC ketika turun dan mencapai daerah yang rendahnya sama dengan tempat asalnya, suhunya naik menjadi 11ºC + 3000 / 100 x 0,9ºC = 38ºC. Sehinga angin itu merupakan angin kering yang panas, dan menyebabkan kerusakan pada daun daun tanaman yang akan menjadi kering maupun layu.
Sumber : https://www.plengdut.com/topografi-dan-iklim-di-indonesia/5941/

Read More

Resiko Melakukan Aborsi






Menguggurkan kandungan atau aborsi sering diresepkan untuk wanita yang ingin menggugurkan kehamilan yang tidak diinginkan.

Meskipun jarang, resiko aborsi dapat menyebabkan efek samping jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan.

Obat aborsi atau yang juga dikenal dengan mifepristone biasanya digunakan untuk menggugurkan kandungan dan dapat digunakan sampai minggu kesembilan kehamilan.
Ada efek jangka pendek dan jangka panjang dari penggunaan obat ini, tapi yang lebih berbahaya adalah efek jangka panjang.

Resiko aborsi antara lain : 1. Pendarahan yang berkepanjangan
Memang normal bila terjadi perdarahan pada vagina ketika mengonsumsi pil aborsi karena merupakan bagian proses dari pembuangan embrio.
Tapi hal tersebut menjadi tidak normal ketika pendarahan berlanjut hingga jangka waktu lama. Hal ini bisa berlanjut hingga 12 hari, bahkan pada beberapa wanita sampai 6 minggu.

2. Kehamilan ektopik
Dalam kasus yang jarang terjadi seperti kehamilan ektopik (kehamilan terjadi di saluran tuba), pil aborsi bisa mengakibatkan kematian.
Obat aborsi yang dikonsumsi wanita dengan kehamilan ektopik bisa menyebabkan saluran tuba pecah. Jika saluran tuba pecah dan tidak diperbaiki dalam waktu singkat, hasilnya bisa berakibat fatal dan mengancam kehidupan pasien.

3. Abori tidak sempurna
Ada kasus aborsi tidak sempurna dalam 5 sampai 15 % dari kasus obat aborsi. Jika obat gagal menggugurkan embrio, maka pasien harus segera dioperasi. Dan dengan operasi, maka ada resiko besar mengintai seperti komplikasi dengan anestesi yang dapat menyebabkan kematian.

4. Peradangan panggul
Dalam waktu empat minggu aborsi, 5 % wanita tertular penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease atau PID). Efek jangka panjang dari PID seperti nyeri panggul kronis, resiko kehamilan ektopik, masa depan kesuburan menyakitkan dan berkurang. Kemungkinan seorang wanita mendapatkan PID setelah aborsi jika menderita klamidia.

5. Efek samping psikologis
Efek samping obatl aborsi yang lebih umum adalah depresi dan rasa sakit emosional lainnya. 40 % wanita yang melakukan aborsi mengklaim mengalami masalah emosional parah.
Masalah-masalah ini berkisar dari depresi, penyalahgunaan obat dan sering berpikiran bunuh diri. Study ini menemukan bahwa sangat jarang wanita yang memiliki pikiran positif secara keseluruhan setelah aborsi.

RESIKO OBAT ABORSI
Sekitar 10% dari perempuan yang menjalani aborsi induksi menderita komplikasi segera, dimana seperlima (2%) dianggap major.

Namun sebagian besar komplikasi membutuhkan waktu untuk berkembang dan tidak akan terlihat selama berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. resiko utama dan komplikasi dari aborsi dijelaskan, dengan kutipan literatur medis, di bawah ini.

Para peneliti Finlandia menemukan bahwa dibandingkan dengan wanita yang dibawa ke panjang, wanita yang dibatalkan pada tahun sebelum kematian mereka 60 persen lebih mungkin meninggal karena sebab alamiah, tujuh kali lebih mungkin untuk meninggal karena bunuh diri, empat kali lebih mungkin untuk meninggal cedera yang berhubungan dengan kecelakaan, dan 14 kali lebih mungkin untuk meninggal akibat pembunuhan.

Para peneliti percaya bahwa tingkat yang lebih tinggi dari kematian yang berhubungan dengan kecelakaan dan pembunuhan mungkin berhubungan dengan tingkat yang lebih tinggi bunuh diri atau mengambil resiko behavior. Penyebab utama kematian ibu terkait aborsi dalam waktu seminggu operasi adalah perdarahan, infeksi, emboli, anestesi, dan tidak terdiagnosis kehamilan ektopik.

Hukum aborsi dilaporkan sebagai penyebab utama kematian ibu kelima di Amerika Serikat, meskipun sebenarnya diakui bahwa kebanyakan kematian terkait aborsi tidak resmi dilaporkan sebagai such. Dua studi dari seluruh populasi wanita di Denmark yang diterbitkan pada tahun 2012 telah menunjukkan hasil yang sama.

Yang pertama menemukan bahwa resiko kematian berikut aborsi tetap tinggi di masing-masing sepuluh tahun pertama setelah aborsi. Yang kedua menemukan bahwa resiko kematian meningkat masing-masing aborsi, 45% setelah satu aborsi, 114% setelah dua aborsi, dan 192 persen setelah tiga atau lebih aborsi. Untuk review lengkap literatur melihat Kematian yang berhubungan dengan aborsi dibandingkan dengan persalinan: review data baru dan lama dan implikasi medis dan hukum (2004).

RESIKO ABORSI PADA SERVIKS, RAHIM DAN KANKER HATI
Wanita dengan riwayat satu aborsi menghadapi resiko 2,3 kali lebih tinggi mengalami kanker serviks, dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat aborsi. Wanita dengan dua atau lebih aborsi menghadapi resiko relatif 4,92. Resiko tinggi yang sama dari ovarium berikutnya dan kanker hati juga dikaitkan dengan aborsi tunggal dan ganda.

Angka ini meningkat untuk kanker wanita pasca-aborsi dapat dikaitkan dengan gangguan tidak wajar perubahan hormonal yang menyertai kehamilan dan kerusakan leher rahim yang tidak diobati atau stres meningkat dan dampak negatif dari stres pada kekebalan system.

RESIKO ABORSI PADA PERFORASI UTERUS
Antara 2 dan 3% dari semua pasien aborsi mungkin menderita perforasi rahim mereka, namun sebagian besar dari luka-luka akan tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati kecuali visualisasi laparoskopi performed.5 Pemeriksaan seperti mungkin berguna saat memulai suatu malpraktik setelan aborsi.

resiko perforasi uterus meningkat untuk wanita yang pernah melahirkan dan bagi mereka yang menerima anestesi umum pada saat (6) aborsi. Kerusakan uterus dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan berikutnya dan akhirnya dapat berkembang menjadi masalah yang membutuhkan histerektomi , yang dengan sendirinya dapat menyebabkan sejumlah komplikasi tambahan dan luka-luka termasuk osteoporosis.

RESIKO ABORSI PADA LASERASI SERVIKS
Laserasi serviks yang membutuhkan jahitan terjadi pada setidaknya satu persen dari aborsi trimester pertama. Lesser luka, atau patah tulang mikro, yang biasanya tidak diperlakukan juga dapat mengakibatkan kerusakan reproduksi jangka panjang. Laten pasca aborsi kerusakan serviks dapat mengakibatkan inkompetensi serviks berikutnya, kelahiran prematur, dan komplikasi persalinan. resiko kerusakan serviks lebih besar untuk remaja, untuk aborsi trimester kedua, dan ketika praktisi gagal menggunakan berperekat untuk pelebaran cervix.7

RESIKO ABORSI PADA PREVIA PLASENTA
Aborsi meningkatkan resiko plasenta previa pada kehamilan berikutnya (kondisi yang mengancam kehidupan baik bagi ibu dan kehamilan yang diinginkan nya) dengan 7-15 kali lipat. Perkembangan abnormal plasenta akibat kenaikan kerusakan uterus resiko malformasi janin, kematian perinatal, dan perdarahan yang berlebihan selama labor.

RESIKO ABORSI PADA KELAHIRAN PREMATUR DAN KOMPLIKASI LAINNYA :
Wanita yang memiliki satu, dua, atau aborsi diinduksi lebih sebelumnya, masing-masing, 1,89, 2,66, atau 2,03 kali lebih mungkin untuk memiliki persalinan prematur berikutnya, dibandingkan dengan wanita yang membawa untuk jangka. Sebelum induksi aborsi tidak hanya meningkatkan resiko kelahiran prematur, juga meningkatkan resiko kelahiran tertunda.

Wanita yang memiliki satu, dua, atau lebih aborsi induksi masing-masing adalah 1,89, 2,61, dan 2,23 kali lebih mungkin untuk memiliki pengiriman pasca-panjang (lebih dari 42 minggu) .17 pengiriman Pra jangka meningkatkan resiko kematian neonatal dan handicap.

RESIKO ABORSI AKAN BAYI CACAT PADA KELAHIRAN BERIKUTNYA :
Aborsi dikaitkan dengan kerusakan serviks dan rahim yang dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur, komplikasi persalinan dan perkembangan abnormal dari plasenta pada kehamilan berikutnya. Komplikasi reproduksi adalah penyebab utama cacat di antara newborns.9

RESIKO ABORSI PADA KEHAMILAN EKTOPIK (KEHAMILAN DILUAR RAHIM)
Aborsi secara signifikan berhubungan dengan peningkatan resiko kehamilan ektopik berikutnya. Kehamilan ektopik, pada gilirannya, mengancam kehidupan dan dapat berakibat pada menurunnya fertility.10

RESIKO ABORSI PADA PELVIC INFLAMMATORY DISEASE (PID) :
Atau Penyakit Inflamatori Panggul ; PID adalah penyakit berpotensi mengancam kehidupan yang dapat menyebabkan peningkatan resiko kehamilan ektopik dan kesuburan berkurang. Dari pasien yang memiliki infeksi klamidia pada saat aborsi, 23% akan mengembangkan PID dalam waktu 4 minggu. Studi telah menemukan bahwa 20 sampai 27% dari pasien yang mencari aborsi memiliki infeksi klamidia. Sekitar 5% dari pasien yang tidak terinfeksi oleh Chlamydia mengembangkan PID dalam waktu 4 minggu setelah aborsi trimester pertama.

Oleh karena itu masuk akal untuk mengharapkan bahwa penyedia aborsi harus layar untuk dan mengobati infeksi tersebut sebelum abortion. Endometritis :Endometritis adalah resiko pasca-aborsi untuk semua wanita, tetapi terutama untuk remaja, yang 2,5 kali lebih mungkin dibandingkan perempuan 20-29 untuk memperoleh endometritis mengikuti abortion.12

KOMPLIKASI SEGERA :
Sekitar 10% dari perempuan yang menjalani aborsi elektif akan menderita komplikasi segera, dimana sekitar seperlima (2%) dianggap mengancam kehidupan. Sembilan komplikasi utama yang paling umum yang dapat terjadi pada saat aborsi adalah: infeksi, perdarahan berlebihan, embolisme, merobek atau perforasi rahim, komplikasi anestesi, kejang, perdarahan, cedera leher rahim, dan shock endotoksik.

Yang paling umum kecil komplikasi antara lain: infeksi, perdarahan, demam, luka bakar derajat kedua, sakit perut kronis, muntah, gangguan gastro-intestinal, dan Rh sensitization.13

PENINGKATAN RESIKO ABORSI BAGI WANITA PELAKU ABORSI GANDA :
Secara umum, sebagian besar studi yang dikutip di atas mencerminkan faktor resiko bagi wanita yang menjalani aborsi tunggal. Studi-studi yang sama menunjukkan bahwa wanita yang memiliki beberapa aborsi menghadapi resiko yang lebih besar mengalami komplikasi ini. Hal ini terutama penting karena sekitar 45% dari semua aborsi adalah untuk aborters ulangi.

PENURUNAN KESEHATAN SECARA UMUM :
Dalam sebuah survei terhadap 1428 perempuan peneliti menemukan bahwa keguguran, dan khususnya kerugian akibat induksi aborsi, secara bermakna dikaitkan dengan kesehatan secara keseluruhan. Beberapa aborsi berhubungan dengan evaluasi bahkan lebih rendah dari kesehatan ini. Sementara keguguran itu merugikan kesehatan, aborsi ditemukan memiliki korelasi yang lebih besar untuk kesehatan yang buruk.

Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa selama tahun menyusul wanita aborsi mengunjungi dokter keluarga mereka 80% lebih untuk semua alasan dan 180% lebih karena alasan psikososial. Para penulis juga menemukan bahwa jika pasangan hadir dan tidak mendukung, angka keguguran lebih dari dua kali lipat dan tingkat aborsi adalah empat kali lebih besar daripada jika dia hadir dan mendukung.

Jika pasangan tidak hadir tingkat aborsi adalah enam kali lebih besar. Temuan ini didukung oleh sebuah studi 1984 yang meneliti jumlah perawatan kesehatan dicari oleh perempuan selama satu tahun sebelum dan satu tahun setelah aborsi diinduksi mereka. Para peneliti menemukan bahwa rata-rata, terjadi peningkatan 80 persen dalam jumlah kunjungan dokter dan peningkatan 180 persen dalam kunjungan dokter karena alasan psikososial setelah abortion.

RESIKO ABORSI MENINGKAT UNTUK KONTRIBUSI FAKTOR RESIKO KESEHATAN :
Aborsi secara signifikan terkait dengan perubahan perilaku seperti pergaulan bebas, merokok, penyalahgunaan narkoba, dan gangguan makan yang semua berkontribusi terhadap peningkatan resiko masalah kesehatan. Misalnya, pergaulan bebas dan aborsi masing-masing terkait dengan peningkatan tingkat kehamilan ektopik dan PID. Yang memberikan kontribusi paling tidak jelas, tetapi pembagian mungkin tidak relevan jika pergaulan itu sendiri adalah suatu reaksi terhadap trauma pasca-aborsi atau kehilangan harga diri.

RESIKO ABORSI MENINGKAT UNTUK REMAJA :
Remaja, yang mencapai sekitar 30 persen dari semua aborsi, juga pada banyak resiko tinggi menderita komplikasi terkait aborsi. Hal ini berlaku dari kedua komplikasi segera, dan jangka panjang reproduksi damage. Efek merugikan dari Aborsi: Sebuah Bibliografi dengan Komentar (Edisi Ketiga) merupakan review paling lengkap penelitian medis yang relevan dengan aborsi.

Ini mencakup ringkasan singkat dari temuan utama diambil dari kedokteran dan psikologi artikel jurnal, buku, dan bahan terkait, dibagi ke dalam kategori utama dari cedera yang relevan.Sebuah versi online bibliografi dapat ditemukan di www.AbortionRisks.com

RESIKO YANG LAIN..
Sebuah studi baru menemukan bahwa wanita dengan riwayat aborsi lebih mungkin mengalami sindrom metabolik dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah melakukan aborsi, meningkatkan resiko penyakit jantung, diabetes dan stroke.

Wanita yang memiliki riwayat aborsi adalah 1,25 kali lebih mungkin untuk memiliki sindrom metabolik dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah melakukan aborsi. Tidak ada hubungan yang signifikan yang ditemukan antara wanita yang memiliki riwayat aborsi spontan, atau keguguran, dan peningkatan resiko sindrom metabolik.

Penelitian yang dilakukan di China, melihat 6.302 perempuan berusia 40 atau lebih yang menjawab kuesioner tentang gaya hidup dan sejarah medis dan reproduksi, dan menjalani tes medis. Para peneliti menemukan bahwa riwayat aborsi pada usia dini bisa memberi resiko tinggi untuk sindrom metabolik di kemudian hari dan resiko meningkat dengan setiap aborsi.

Data kami menambah bukti bahwa aborsi dapat menyebabkan potensi konsekuensi kesehatan jangka panjang, tulis mereka dalam makalah mereka, mengutip studi yang menghubungkan aborsi dengan tingkat peningkatan kanker payud4ra pada wanita.

Data menegaskan temuan dari studi sebelumnya rekor berbasis sekitar 173.000 wanita California, yang menemukan bahwa wanita dengan riwayat keguguran hampir dua kali lebih mungkin meninggal di tahun-tahun berikutnya dibandingkan dengan wanita yang dibawa ke istilah, dan bahwa kematian yang lebih tinggi tingkat perempuan yang melakukan aborsi berlangsung selama setidaknya delapan tahun.

Selama periode delapan tahun diteliti, wanita yang dibatalkan memiliki resiko 446 persen lebih tinggi dari kematian akibat penyakit serebrovaskular. Tingkat kematian secara keseluruhan dari penyebab alami adalah 44 persen lebih tinggi bagi perempuan yang dibatalkan.

Elliot direktur Institute Dr David Reardon, penulis utama studi California, mengatakan bahwa sementara tingkat kematian yang lebih tinggi dari bunuh diri dan kecelakaan yang paling menonjol selama empat tahun pertama setelah aborsi, kematian akibat penyebab alami meningkat selama tahun-tahun terakhir periode dipelajari.

Hal ini dapat mencerminkan kerusakan jangka panjang dari masalah seperti depresi dan kecemasan pada sistem kardiovaskular dan kekebalan tubuh perempuan, kata Reardon.

Depresi adalah diketahui penyebab penyakit jantung. Para penulis dari studi Cina juga menunjuk depresi sebagai penyebab yang mungkin untuk tingkat yang lebih tinggi sindrom metabolik antara perempuan yang melakukan aborsi dalam studi mereka, mencatat bahwa depresi psikologis jangka panjang telah ditemukan dalam penelitian lain menjadi penanda untuk masalah tersebut.

Studi sebelumnya telah menemukan tingginya tingkat depresi antara wanita yang memiliki riwayat aborsi, termasuk dua studi co-ditulis oleh Reardon.

Satu studi yang dipublikasikan dalam British Medical Journal, menemukan bahwa wanita yang dibatalkan memiliki resiko yang jauh lebih tinggi dari depresi klinis rata-rata delapan tahun setelah kehamilan yang tidak diinginkan pertama dibandingkan dengan wanita yang dibawa ke masa.

Yang lainnya adalah studi longitudinal wanita Amerika yang mengungkapkan bahwa mereka yang dibatalkan adalah 65 persen lebih mungkin berada pada resiko depresi klinis jangka panjang setelah dikendalikan untuk usia, ras, pendidikan, status perkawinan, riwayat perceraian, pendapatan, dan sebelum negara kejiwaan.



Sumber : http://www.aborsimedis.com/2014/07/resiko-aborsi-dan-efek-samping.html
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © kalsumkalsum | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com