Rabu, 01 Maret 2017

Topografi dan Iklim di wilayah Indonesia


Wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar (kira-kira 2/3 nya) terdiri atas perairan laut. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur 12 mil adalah 5 juta Km2, terdiri dari daratan 1,9 juta km2. Ini berarti seluruh laut Indonesia 3,1 juta km2 atau sekitar 62% dari seluruh wilayah Indonesia.
Wilayah Indonesia terdiri atas 13.677 pulau. Pulau yang telah mempunyai nama dan berpenghuni  sekitar 1000 pulau. Panjang pantai 81000 km, merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Dari seluruh wilayah Indonesia, diperkirakan sekitar 97% ditempati oleh 13 pulau besar (Irian Jaya, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Jawa, Madura, Halmahera, Seram, Sumbawa, Flores, Bali dan Lombok). Luas dari 13000 pulau lainnya hanya sekitar 54000km2, dan rata-rata luas tiap pulau 4km2.
Dengan luasnya perairan laut di daerah Indonesia, ditambah lagi karena letaknya diapit oleh dua Samudera menyebabkan Indonesia beriklim maritim atau iklim laut. Ada beberapa kebaikan yang di dapat dari adanya iklim laut yang terjadi di wilayah Indonesia ini, antara lain:
  1. Kelembaban udara cukup tinggi, sering lebih dari 80%. Sebagai akibat dari sifat kepulauan daerah tropis, itulah sebabnya iklim Indonesia sering disebut juga sebagai beriklim tropis basah. Kelembaban yang tinggi merupakan potensi hujan yang membawa berkah bagi bangsa kita.
  2. Adanya pengaruh angin laut selain membawa kelembaban ke daratan, juga menyejukan daratan yang panas dan kering pada siang hari musim kemarau.
  3. Pada malam harinya udara tidak terasa dingin karena pengaruh laut yang hangat.
  4.  
     
Kepulauan Indonesia terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan dengan puncak-puncak yang menjulang. Hal itu menyebabkan variasi iklim, dari segi suhu, curah hujan maupun kelembaban. Umumnya semakin tinggi suatu tempat yang diukur dari permukaan laut, hujan dan kelembaban semakin besar, suhu makin rendah.
Sehingga di kawasan Indonesia terdapat berbagai jenis iklim mulai iklim tropis lembab di daratan rendah, hingga iklim salju abadi di puncak pegunungan Jaya Wijaya Irian, mulai iklim hujan tropis di daerah hadap angin, hingga iklim kering (Savana tropis) di daerah bayangan hujan. Selan adanya angin musim Barat yang membawa hujan dan angin Timur yang menimbulkan kemarau terutama di pulau Jawa. Adanya daratan yang luas menimbulkan juga adanya angin barat dan angin laut.

Keduanya itu terasa di daerah pantai, kira-kira 10km ke arah pedalaman. Karena itu disebut sebagai angin lokal. Angin darat berhembus di siang hari. Pada malam hari, daratan lebih dingin dibanding dengan laut. Hal itu menimbulkan tekanan udara di daratan pada malam hari lebih tinggi daripada di laut. Dengan demikian maka udara akan bergerak dari daratan ke laut. Pada siang hari laut lebih dingin (tekanan udara tinggi), daratan lebih panas (tekanan udara rendah). Terjadilah angin laut yang menyejukkan penduduk di daratan. Angin darat dan angin laut sangat membantu para nelayan tradisional, karena dapat membantu menggerakkan layar mereka.
Karena banyaknya gunung dan pegunungan di kepulauan Indonesia juga adanya angin lokal lainnya, yang disebut angin lembah dan angin ganung. Terjadinya hampir sama dengan angin darat dan angin laut. Pada siang hari puncak gunung lebih dahulu terkena pemanasan sehingga tekanan udara rendah, sementara itu di lemabah yang terisolasi masih dingin (tekanan udara tinggi). Pada malam hari, puncak lebih dahulu dingin karena radiasi panas lebih kuat. Sedangkan di lembah masih hangat. Terjadilah aliran udara dari puncak ke arah lembah. Pada waktu cuaca sangat cerah, udara angin itu sering mencapai suhu sangat rendah yang mencapai titik beku. Angin dingin itu sering merusak tanaman, terutama teh yang banyak ditanam di daerah pegunungan.
Karena banyaknya rangkaian pegunugan di daratan Indonesia, maka ada angi yang melintasi pegunungan-pegunungan tersebut. Angin itu naik ke lereng, kemudian setelah melalui puncak, angin itu turun pada lereng yang lainnya. Angin yang turun tersebut sering merupakan angin fohn yag kering dan panas. Contohnya yaitu angin bohorok di Deli yang sering merusak tanaman tembakau.


Jika angin dari pantai ayang bersuhu 26ºC naik ke lereng pegunungan akan terjadi:
  • Penurunan suhu dan penambahan kelembaban relatif,
  • Karena udara itu lembab, maka setiap naik 100m suhunya turun kurang lebih 0,5ºC,
  • Jika pada waktu di kaki gunung udara itu suhunya 26ºC, maka ketika mencapai puncak yang tingginya 3000m, suhunya turun menjadi 26ºC – 3000 / 100 x 0,5ºC = 11ºC,
  • Ketika angin itu naik lereng, kelembabannya bertambah, terjadi kondensasi membentuk awan yang mencurahkan hujan.
  • Angin yang turun dari puncak dengan suhu 11ºC itu adalah angin kering. Udara kering itu semakin turun suhunya bertambah dan kelembabannya makin berkurang. Setap turun 100m bertambahnya suhu lebih dari 0,5ºC, katakanlah misalnya setiap udara turun 100m suhunya bertambah 0,9ºC.
  • Udara kering yang bersuhu 11ºC ketika turun dan mencapai daerah yang rendahnya sama dengan tempat asalnya, suhunya naik menjadi 11ºC + 3000 / 100 x 0,9ºC = 38ºC. Sehinga angin itu merupakan angin kering yang panas, dan menyebabkan kerusakan pada daun daun tanaman yang akan menjadi kering maupun layu.
Sumber : https://www.plengdut.com/topografi-dan-iklim-di-indonesia/5941/

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © kalsumkalsum | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com